Merasa Utang Budi Pada Indonesia, Milisi Filipina Siap Bantu Bebaskan WNI yang Disandera Abu Sayyaf






Sebuah kabar mengejutkan datang dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang sudah berdamai dengan pemerintah Filipina ini, bersedia terlibat pembebasan sandera Abu Sayyaf. Pejuang Moro mengenal beberapa pentolan militan di selatan Filipina, sehingga komunikasi nonformal diandaikan lebih mudah.

Kesediaan MNLF itu disampaikan Ketua Kelompok Advokasi Moro Samsula J. Adju. Dia mengatakan pihaknya fokus melobi Abu Sayyaf supaya sandera asal Indonesia dibebaskan tanpa harus membayar tebusan ataupun dilukai.

"Kami siap terlibat dalam keseluruhan proses pembebasan sandera," ujarnya seperti dilansir Inquirer, Minggu (24/4).

Adju mengaku rekan-rekan di MNLF berutang budi pada pemerintah Indonesia yang pada 1996 menjadi fasilitator proses perundingan damai antara kelompok separatis itu dengan utusan Manila. Berkat perundingan tersebut, MNLF kini mengelola kawasan otonomi khusus di sisi selatan Filipina yang penduduknya mayoritas Islam.

Pemimpin MNLF, Nur Misuari, juga dikenal dekat dengan petinggi Abu Sayyaf. Salah satu komandan Abu Sayyaf yang diduga mengotaki penculikan ABK asal Indonesia adalah Alhabsi Misaya. Dua dekade lalu, Misaya pernah menjadi komandan pasukan tempur MNLF.

Ada informasi yang belum terkonfirmasi, bahwa pejabat intelijen dan militer Indonesia secara khusus sudah menemui Nur Misuari pertengahan April 2016. Pembicaraan mereka terkait pembebasan 14 WNI yang ditahan berpindah-pindah lokasi di sekitar Kepulauan Sulu oleh militan.

Untuk 10 WNI yang mereka tawan sejak akhir Maret lalu, Abu Sayyaf mematok tebusan Rp 15 miliar. Berselang sepekan, Abu Sayyaf ganti menyandera empat pelaut asal Malaysia. Lalu pekan lalu, militan kembali menculik empat pelaut asal Indonesia.

Selain 14 WNI dan empat pelaut Malaysia, Abu Sayyaf sampai sekarang masih menahan warga China, Kanada, Norwegia, Belanda, serta Jepang. Untuk membebaskan para sandera sekali pukul, militer Filipina menambah satu batalion pasukan gerak cepat yang rencananya dikerahkan pekan depan.


Apa yang dulu dilakukan Indonesia hingga para pejuang ini merasa berutang budi?

MNLF dulu adalah induk dari perjuangan para gerilyawan Muslim yang menentang pemerintah Filipina. MLNF berperang demi mencapai kemerdekaan dari Filipina dan mendirikan negara Islam.

Gerakan ini kemudian pecah menjadi beberapa faksi. Salah satunya adalah Abu Sayyaf yang berafiliasi dengan ISIS.

Awal periode 1980-an, Presiden Filipina Ferdinand Marcos berusaha mencari dukungan dari negara-negara Islam untuk menyelesaikan konflik dengan Bangsa Moro di Mindanau.

Selain dari negara-negara Timur Tengah, Marcos juga meminta dukungan dari Indonesia. Saat berkunjung ke Jakarta, Marcos berdialog dengan Presiden Soeharto untuk menyelesaikan masalah ini. Marcos meminta semua penyelesaian soal Moro, tetap dalam kerangka integrasi dengan Filipina. Artinya tak ada opsi untuk kemerdekaan Mindanau.

Presiden Soeharto menerima permintaan Marcos. Indonesia setuju untuk mendamaikan konflik dengan syarat Bangsa Moro tetap menjadi bagian dari Filipina.

Langkah perdamaian ini diteruskan oleh pengganti Marcos, Presiden Corazon Aquino. Tahun 1989, disepakati otonomi daerah istimewa untuk kawasan Muslim Mindanau. Namun hal itu tak lantas membuat konflik selesai.

23 September 1993, Presiden Fidel Ramos mengunjungi Presiden Soeharto di Jakarta. Kembali meminta bantuan untuk menyelesaikan konflik di Mindanau.

Indonesia kemudian membawa masalah Mindanau ke Forum Menteri Luar Negeri Negara Muslim. Dibentuk Komite Enam, dengan Indonesia sebagai ketuanya.

"Indonesia dipilih karena menjadi negara Muslim terbesar, punya kepemimpinan yang kuat di kawasan ASEAN dan punya pengalaman menengahi konflik di Kamboja." Demikian ditulis Anak Agung Banyu Perwita dalam buku Indonesia And The Muslim World.

Tak mudah menyelesaikan konflik pemerintah Filipina dengan Bangsa Moro. Indonesia selalu terlibat sebagai fasilitaror. Akhirnya perjanjian damai bisa diteken antara kedua pihak tahun 1996.(*)

Bagikan dengan cara klik tombol Facebook, twitter, Goggle+, Pinterest, Blogger, Email dibawah ini  :

Related Posts:

0 Response to "Merasa Utang Budi Pada Indonesia, Milisi Filipina Siap Bantu Bebaskan WNI yang Disandera Abu Sayyaf"

Posting Komentar