HATI-HATI! 3 HAL INI YANG MEMBUAT CURHAT BISA MENJADI PINTU SELINGKUH




Sahabat Ummi, bagi yang sering meremehkan curhat pada lawan jenis, terutama yang telah menikah dan sering merasa kecewa dengan perlakuan pasangan hidup, sadarilah bahwa curhat merupakan salah satu pintu perselingkuhan dalam rumah tangga.


Apakah masih ada yang bingung mengapa kegiatan sederhana seperti curhat bisa menjadi penyebab perbuatan dosa besar seperti perselingkuhan? Simak beberapa alasannya berikut ini :


1. Curhat dengan lawan jenis merupakan bentuk pengabaian terhadap peringatan Rasulullah mengenai bahayanya berkhalwat alias berdua-duaan


Ketika Rasulullah bersabda, tentu saja ada makna yang amat dalam di baliknya. Jika Rasulullah telah menekankan pada umatnya yang laki-laki agar tidak berduaan saja dengan perempuan yang bukan mahramnya, maka jangan berani-beraninya mengabaikan larangan tersebut!


“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan sekali-kali ia berdua-duaan dengan wanita (ajnabiyah/ yang bukan mahram) tanpa disertai oleh mahram si wanita karena yang ketiganya adalah setan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)


Jangan anggap yang namanya berdua-duaan hanyalah kegiatan fisik semata! Di zaman teknologi seperti sekarang ini, berduaan di chat room semacam whats app dan BBM pun bisa dianggap sebagai kegiatan berkhalwat. Maka sebisa mungkin hindarilah curhat dengan lawan jenis sekalipun hanya berupa japrian saja! Karena sudah pasti setan takkan menyia-nyiakan kesempatan untuk menggoda kita.


2. Curhat bukanlah sembarang kegiatan, curhat itu berarti seseorang telah menaruh kepercayaan pada orang yang dicurhatinya tersebut!


Tidak semua orang bisa curhat pada kita, sebaliknya, kita pun belum tentu bisa curhat pada setiap orang. Faktanya, ketika seseorang bisa curhat pada orang lain, hal itu mengindikasikan kenyamanan, artinya kita perlu berhati-hati ketika sering curhat pada lawan jenis padahal diri kita sudah menikah! Secara tidak sadar kita telah nyaman pada orang tersebut, mungkin juga karena merasa senang diperhatikan, mungkin juga karena ingin diperhatikan.


Maka kalau tidak ingin 'terbakar' di kemudian hari, berhentilah bermain api sejak saat ini! Hentikan segera segala bentuk curhat pribadi pada seseorang selain pasangan hidup atau keluarga kandung!


3. Dari curhat bisa timbul simpati dan akhirnya berujung cinta!


Cinta bukanlah sesuatu yang turun dari langit. Cinta tumbuh karena kebersamaan, karena sudah saling kenal, lama-lama muncullah rasa simpati, empati, kemudian lahirlah cinta. Maka kegiatan curhat merupakan pupuk yang dapat mempercepat tumbuhnya cinta.


Apalagi jika isi curhatannya seputar rumah tangga masing-masing, misalnya kejahatan suami, kerewelan istri, dan lain sebagainya yang berpotensi menimbulkan rasa kasihan dan ingin melindungi. Maka, sekali lagi, hindarilah curhat dengan lawan jenis!

Bagikan dengan cara klik tombol Facebook, twitter, Goggle+, Pinterest, Blogger, Email dibawah ini  :

Related Posts:

ISTRI CENTIL DI SOSMED, SEBAGAI SUAMI KEMANA AJA KAMU, BRO?




Saya kerap kali heran dengan para perempuan yang berstatus sebagai istri, yang dengan bebas sebebas-bebasnya memajang foto-foto selfienya setiap hari di situs jejaring sosial; dengan ribuan pertemanan yang entah hanya berapa persennya yang dikenal secara langsung.


Mengganti profile picture hampir tiap detik, dengan hasil potretan selfienya dan memposting gambar-gambar dirinya, dalam berbagai pose. Tanpa anak atau suami di sampingnya.


Apalagi kalau tidak dengan pakaian yang seronok, —itu mah kata si kembar upin dan ipin. Memakai rok mini diatas lutut, paha dibiarkan menganga, sengaja memperlihatkan kemulusannya. Balutan tsirt yang menonjolkan bagian tubuh yang sangat privasi. Celana menutupi bagian tubuh bagian bawah —syukurlah— tapi sangat disayangkan celananya sudah mlepet-pet eh masih juga dirobek sana, dibelah sini, sampai-sampai terlihat jelas putih pangkal pahanya.


Katanya sih ini gaya, kereeun gitu lohh, kan trendy, apalagi dibumbui dengan aksi super sensualnya. Rambut dicat merah, pirang, dibiarkan melambai-lambai, diputar ke sisi bahu kanan ke bahu kiri, agar menambah amboi dan sempurna. Seakan mengundang para lelaki untuk berdecak kagum, menikmati kecantikan wajahnya dan juga keseksian tubuhnya.


Raut wajahnya dipamerkan secara jelas, terang benderang, hampir-hampir layar ponsel penuh dengan mukanya bahkan tanpa screenshort orang sudah dapat mengukur berapa ukuran matanya, hidungnya, panjang alisnya, bibirnya, dahinya, bulu matanya, dan seluruh area wajahnya. Close up yang sengaja dipotret dari jarak yang sangat dekat. Masih mending itu ponsel tidak diplester sekalian di wajahnya. He-he.


Yang mendasari saya merasa gemas, yakni dimanakah suaminya? Apakah suaminya ndak’ punya filter sama sekali terhadap istrinya? Apa memang suami ndak’ punya peran mengatur istrinya? Saya sebagai sesama perempuan, tak jarang merasa risi dan geregetan dengan sikap pembiayaran suami yang demikian, tak mampu menunjukkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik bagi istrinya. Suami dibuat tak berkutik.


Jika statusnya masih lajang, masih dipahami, dari segi sosial belum ada status berkeluarga. Belum ada suami dan mungkin anak. Nah, kalau sudah memiliki keluarga, punya suami, kan aneh.


Suami adalah kepala keluarga, pemimpin istri dan anak anaknya, imam bagi anggota keluarganya. Baik buruknya istri ya tergantung dari bagaimana suami memimpinnya. Jika istri nakal di jejaring sosial, dengan memamerkan kecantikan dan lekuk-lekuk tubuhnya, kenapa bisa suami membiarkannya?


Dinasihatian kek jangan jadi suami yang melempem. Tak berdaya dengan kelakuan istrinya. Lebih mencengangkan lagi, suami bukan memberi nasehat untuk tak boleh terlalu over dalam memajang foto diri istri, apalagi melarangnya eh malah justru mensupportnya, memuji-muji, ikut lebay dengan unjuk gigi di chat room; “edaaann ayune.., wooowww…, siipp mama.. , lanjutkan mama,… istri siapa sih ini.. (nah, sampe gak tau kalo itu istrinya) He-he.


Padahal banyak pria yang berkomentar nakal dan menggoda foto istrinya. Bukannya menyuruh istri menghentikan kegenitannya atau menghapus foto-foto selfienya yailah malah menggembosinya!


Hadeww ini suami apa pedagang asongan? Itu istrimu woii kenapa malah kaupasarkan, gak sekalian kauobralin sepuluh ribu dapet empat! Disitulah saya merasa heran, mungkinkah pembaca juga demikian, ikut merasa keheranan?

Bagikan dengan cara klik tombol Facebook, twitter, Goggle+, Pinterest, Blogger, Email dibawah ini  :

Related Posts:

KALAU BERTENGKAR DENGAN SUAMI, JANGAN KABUR. INI AKIBATNYA!





Dalam hidup berumah tangga, wajar kiranya ada permasalahan. Tapi seberat apapun masalah yang Anda alami dengan suami, jangan lari atau kabur dari rumah.


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Bertaqwalah kepada Alloh rabbmu. Janganlah engkau keluarkan mereka dari rumah-rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) keluar kecuali kalau mereka melakukan perbuatan keji yang jelas. Itulah hukum-hukum Alloh dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Alloh, sesungguhnya dia telah berbuat dzalim kepada dirinya sendiri. Engkau tidak mengetahui mungkin saja Alloh menjadikan sesudah itu kebaikan.” [QS. Ath-Thalaq ; 1]


Maka, keluarnya seorang istri dari rumah, di samping termasuk sikap yang diharamkan oleh Allah, juga hanya akan memperbesar permasalahan yang sedang terjadi. Janganlah seorang istri muslimah mengikuti apa yang telah dilakukan oleh mayoritas kaum wanita dimana ketika terjadi perselisihan dengan suami-suami mereka, mereka pun berkata, “Pulangkan aku ke rumah orangtuaku!” atau “Aku akan menelpon keluargaku!”, lalu dia pun meminta mereka untuk menjemputnya dari rumah itu. Ini semua dilarang oleh syariat.


Jangan sampai muncul dari kita akhlak yang jelek sehingga menyebabkan kita diusir atau kabur dari rumah kita sendiri. Hendaklah seorang istri tetap tinggal di rumah, dan terus berupaya mencari jalan keluar dari permasalahan dengan berbagai cara yang sesuai syar’i.

Bagikan dengan cara klik tombol Facebook, twitter, Goggle+, Pinterest, Blogger, Email dibawah ini  :

Related Posts:

23 ROMANTISME RASULULLAH BERSAMA ISTRINYA



Perhatikan kisah romantisme Rasulullah bersama istrinya Aisyah. Aisyah mengatakan, “Orang-orang Habasyah masuk ke dalam masjid untuk bermain (latihan berpedang), maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku ‘wahai khumaira (panggilan saying untuk Aisyah), apakah engkau ingin meihat mereka?’, aku menjawab, ‘iya’. 


Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu berdiri di pintu, lalu aku mendatanginya dan aku letakkan daguku di atas pundaknya kemudian aku sandarkan wajahku di pipinya. (setelah agak lama) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, ‘sudah cukup (engkau melihat mereka bermain)’, aku menjawb, ‘wahai Rasulullah, jangan terburu-buru’, lalu beliau (tetap) berdiri untukku agar aku bisa terus melihat mereka. Kemudian ia bertanya lagi, ‘sudah cukup’, aku pun menjawab, ‘wahai Rasulullah, jangan terburu-buru’. Aisyah berkata, ‘Sebenarnya aku tidak ingin terus melihat mereka bermain, akan tetapi aku ingin para wanita tahu bagaimana kedudukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di sisiku dan kedudukanku di sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam”


Lihatlah bagaiaman tawadhu-nya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdiri menemani Aisyah menyaksikan permainan orang-orang Habasyah, bahkan beliau terus berdiri hingga memenuhi keinginan Aisyah sebagaimana perkataan Aisyah dalam riwayat yang lain, “Hingga akulah yang bosan (melihat permainan mereka).”


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak segan-segan memberikan waktunya kepada istrinya untuk memenuhi keinginan istrinya karena beliau adalah orang yang paling lembut kepada istri dalam segala hal selama masih dalam perkara-perkara yang mubah.


Renungkanlah kisah yang dituturkan oleh Aisyah berikut ini,


“Kami keluar bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pada saat safar beliau (untuk melawan kaum Yahudi kabilah bani Mushthaliq), hingga tatkala kami sampai di Al-Baidaa di Dzatulijaisy kalung milikku terputus maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun berhenti untuk mencari kalung tersebut. Orang-orang yang bersamanya pun ikut berhenti mencari kalung tersebut, padahal mereka tatkala itu tidak dalam keadaan bersuci. Maka orang-orang pun pada berdatangan menemui Abu bakar Ash-Shiddiq dan berkata, ‘Tidakkah engkau lihat apa yang telah diperbuat Aisyah? Ia menyebabkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang berhenti padahal mereka tidak dalam keadaan suci (dalam keadaan berwudu). Maka Abu Bakar menemuiku dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sedang berbaring meletakkan kepalanya di atas pahaku dan buliau telah tertidur. Lalu ia berkata, ‘engkau telah menyebabkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berhenti padahal orang-orang dalam keadaan tidak bersuci dan mereka tidak memiliki air’. Aisyah berkata, ‘Abu bakar mencelaku dan berkata dengan perkataannya lalu ia memukul pinggangku dengan tangannya. Dan tidaklah mencegahku untuk bergerak kecuali karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang tidur di atas pahaku. Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bangun tatkala subuh dalam keadaan tidak bersuci lalu Allah turunkan ayat tentang tayammum. Usaid bin Al-Hudhair mengatakan, “Ini bukanlah awal barokah kalian wahai keluarga Abu bakar.” Aisyah berkata, “Lalu kami pun bersiap melanjutkan perjalanan, ternyata kalung itu berada di bawah unta yang aku naiki tadi.” Lihatlah bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberhentikan pasukan perangnya yang sedang berangkat untuk menyerang orang-orang Yahudi hanya untuk mencari kalung Aisyah yang jatuh. Bahkan disebutkan bahwa kalung Aisyah yang hilang itu nilainya murah, ada yang mengatakan nilainya hanya dua belas dirham. Apalagi di tengah malam dan para sahabat dalam keadaan tidak bersuci dan tidak membawa air. Ini semua menunjukkan bagaimana perhatian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan tawadhu beliau kepada istri-istrinya.


Sangat disayangkan, sebagian suami sangat pelit terhadap istrinya, bukan hanya pelit terhadap hartanya, bahkan pelit terhadap waktunya. Seakan-akan waktunya sangat berharga sehingga tidak pantas untuk dihabiskan bersama istrinya. Sering kita jumpai, ada suami yang tidak sabar untuk menemani istrinya belanja, jalan-jalan, atau kegiatan-kegiatan santai lainnya.


Kisah Cinta Orang Terbaik


Suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah pulang terlambat ke rumah Aisyah Radhiyallahu Anha karena menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh para sahabatnya. Setelah larut malam, kecemasan Aisyah bertambah. Ia tak bisa tidur, akhirnya hanya bisa terjaga menunggu suami yang paling dicintainya tersebut.


Rasulullah pun berjalan dengan cepat kerumahnya, Beliau tak tega jika istrinya terlalu lama cemas dan menunggu kedatangannya. Namun, niatnya untuk mengetuk pintu hilang begitu saja karena tak ingin membangunkan istri tercintanya.


Akhirnya, Beliau menggelar sorban didepan pintu dan kemudian tidur diatasnya. Dinginnya malam lebih dipilihnya daripada harus membangunkan istri tercinta. Padahal dibalik pintu itu, Aisyah pun tertidur karena ia khawatir tak mendengar suara ketukan pintu suaminya.


Sungguh, cinta karena ketaatan kepada Allah lebih indah dari cinta jenis manapun. Masya Allah..


Masih kurang?


Perbuatan Rasulullah yang mulia terhadap istrinya dan tidak menurunkan martabat kerasulannya itu diantaranya adalah :


1. Suami membukakan pintu Kendaraan atau Rumah untuk Istrinya


Tidaklah berlebihan dan tidak pula dapat merendahkan martabat suami dihadapan istrinya jika sang suami membukakan pintu rumah atau mobil untuk istrinya. Dan hal ini bukanlah aib atau kemunduran justru ini adalah akhlak mulia yang dapat menumbuhkan sikap sayang dan perhatian dari suami terhadap istri yang pada gilirannya akan dibalas dengan sikap hormat dan ketaatan dari istri terhadap suaminya.


Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan, “Bahwasanya Rasulullah duduk di sisi unta beliau. Kemudian Beliau meletakan lututnya, lalu istri beliau Shafiyah meletakkan kakinya di atas lutut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga ia naik ke unta.”


2. Mencium Istri sebelum pergi dan datang dari bepergian


Sangatlah indah jika ketika hendak pergi suami mencium istrinya dan istri memberikan ciuman kepada suaminya. Begitu juga ketika datang istri menyambut kedatangan suami dengan ciuman penuh kemesraan. Ciuman yang tulus penuh kesucian dan kehormatan adalah senjata ampuh untuk melawan segala rayuan yang terjadi setiap hari dan tersebar dimana-mana.


Diantara hal yang diamanahkan Rasulullah adalah anjuran kepada para suami agar mencium istrinya sebelum pergi ke kantor atau ke luar kota. Aisyah berkata : “Rasulullah menciumku, kemudian beliau pergi ke mesjid untuk melakukan shalat tanpa memperbarui wudlunya” (H.R Abdurrazaq, Ibnu Majjah, Aththabrani, dan Daraqutni)


3. Makan sepiring berdua


Rasulullah telah memberikan contoh untuk makan sepirng berdua dengan istrinya, hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan kecintaan kepada sang istri bahkan Rasulullah meletakkan mulutnya di bekas mulut istrinya pada gelas yang sama.


Aisyah berkata : “Pernah aku minum, sedangkan aku pada saat itu sedang haid. Kemudian aku memberikan minuman tersebut kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari bejana yang sama, dimana beliau menempelkan mulutnya persis ditempat bekas aku minum, lalu beliau minum…” (H.R. Muslim) 


4. Berlemah lembut dan menemani istrinya yang sakit


Diriwayatkan oleh Aisyah RA bahwa, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang penyayang lagi lembut. Dan beliau akan menjadi orang yang sangat lembut dan paling banyak menemani ketika istrinya sedang sakit. (H.R. Bukhari dan Muslim)


5. Bersenda gurau dan membangun keakraban


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang romantis dan lemah lembut kepada keluarganya, sering becanda tapi tetap penuh adab dan sopan santun serta keluhuran akhlak. Sikap romantic beliau sangat mengagumkan dan menakjubkan, seperti terlukis dalam salah satu hadits. “Rasulullah adalah orang yang paling banyak bergurau, bersama istri-istri belia. Maksudnya Rasulullah adalah orang yang tidak kaku apalagi kasar terhadap istri dan keluarganya tetapi banyak bercanda, bergurau, dan bergembira.


6. Tetap Romantis dan akrab saat istri sedang haid.


Keromantisan Rasulullah tetap terasa oleh Aisyah istrinya walaupun Aisyah dalam keadaan haid, dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah meminta Aisyah untuk mengahangatkan tubuhnya padahal Aisyah dalam keadaan haid, Rasulullah berkata : “Mendekatlah kepadaku, hangatkanlah diriku, hangatkanlah diriku !”. Lalu kukatakan pada beliau, “saya sedang haid”. Beliau berkata, “walaupun engkau sedang haid, singkaplah kedua pahamu”. Lalu kubukakan kedua pahaku dan beliau meletakkan pipi dan kepalanya (juga dadanya) di atas kedua pahaku (aku mendekap beliau) hingga beliau merasa hangat dan tertidur. (H.R. Bukhari)


7. Mandi Bersama


Dalam waktu senggang memang sangat baik suami istri bisa saling memandikan satu sama lainnya, baik karena kebutuhan kesehatan atau untuk menjalin kaharmonisan, bahkan mungkin untuk kepentingan ta’lim (pembelajaran), karena mungkin saja seorang istri belum memahami bagaimana cara mandi besar (mandi wajib sehabis junub) yang benar, maka seorang suami berkewajiban mengajarkan istrinya agar bisa melaksanakan mandi besar yang benar.


Berkata Aisyah : ”Aku mandi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu bejana, aku mendahuluinya dan ia mendahuluiku (mengambil wadah) sampai-sampai ia berkata: “tinggalkan untukku”, dan aku berkata, “tinggalkan untukku. (H.R. An Nasai)


8. Mengajak istri makan di luar sambil refreshing.


Dari Anas bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki tetangga berkebangsaan Persia. Dia telah memasak kuah yang enak untuk Rasulullah. Kemudian dia mendatangi Rasulullah dan mengundang makan. Rasulullah berkata : “dengan dia?” sambil menunjuk kepada Aisyah. Dia (orang Persia) berkata : “tidak”. Kemudian Rasulullah berkata : “kalau begitu tidak”. Kemudian tetangga itu datang lagi mengundang Rasulullah . Rasulullah berkata : “dan bagaimana dengan orang ini (Aisyah)?. Orang Persia itu berkata : “tidak”. Rasulullah berkata : “jika begitu tidak”. Kemudian orang itu kembali lagi mengundang Rasulullah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “dengan dia?”. Orang Persia itu menjawab, “Ya boleh”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Aisyah pun berjalan berurutan hingga mendatangi rumah tetangga beliau tadi. (HR.Muslim)


9. Saling membersihkan setelah berhubungan


Aisyah berkata : “seyogyanya bagi seorang istri yang cerdik, hendaklah ia mengambil secarik kain. Dan apabila suaminya menggaulinya, ia pun menyerahkan kain tersebut kepada suaminya. Lalu suami mengusap (sperma) darinya. Dan istrinya pun mengusap (sperma atau benda=cairan lain) darinya.” (ibnu Qudamah). 


10. Bersandar di atas dada Istri dan tidur di atas pahanya


Suatu gambaran yang indah, manakala punggung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersandar pada perut ‘Aisyah, sedangkan kepala beliau berada di dadanya. Ini melukiskan, keserasian, keharmonisan, dan kesatuan jiwa antara suami istri yang saling mencintai.


11. Suami Istri berpelukan saat tidur


Prilaku Rasulullah yang menggambarkan tentang hal ini sama dengan riwayat nomor 6 (Tetap Romantis dan akrab saat istri sedang haid)


12. Mengajak Istri Pergi Ke Luar Kota


Aisyah berkata, “adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak ke luar kota, beliau mengundi diantara istri-istrinya. Maka jatuhlah undian pada Aisyah dan Hafsah. Kemudian keduanya ke luar dengan beliau bersama-sama.” (H.R Bukhori)


13. Suami Menyuap Istri


Saling menyuapi antara suami istri dapat memecahkan kebekuan rutinitas sehari-hari. Selain itu hal ini juga dapat menambah kecintaan, memperkokoh keharmonisan keluarga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah kamu memberi satu nafkahpun yang kamu niatkan untuk megharap wajah Allah SWT kecuali kamu akan diberi pahala atasnya, hingga apa yang kamu letakan pada mulut istrimu”. Dalam riwayat lain disebutkan “sesungguhnya apapun yang kamu nafkahkan, maka hal itu adalah sedekah hingga suapan yang kamu suapkan ke mulut istrimu”. Dalam riwayat lain, “kamu menaruh (suapan) pada mulut istrimu.” (H.R. Bukhori)


14. Mencium istri dari waktu ke waktu


Aisyah meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciumnya sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. Kemudian beliau bersabda, “sesungguhnya ciuman itu tidak membatlkan wudlu dan tidak membuat buka orang yang berpuasa”.


Dan beliau berkata, “wahai humaira (panggilan untuk Aisyah) sesungguhnya dalam agama kita terdapat kelapangan”. Rasulullah tetap berpuasa, beliau mencium di bagian mana saja bagian wajahku hingga beliau berbuka. (H.R. An Nasai dalam sunan al kubra)


15. Suami mengantar istri ketika ke luar


Sayyidah Shafiyah binti Huyay, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beritikaf. Kemudian aku mendatangi beliau dan menjenguknya pada malam hari, dan aku berbincang-bincang dengan beliau. Lalu aku berdiri hendak kembali. Beliau kemudian berdiri bersamaku untuk mengantarku (menemani Shafiyah sampai ke pntu), dan beliau berkata : “jangan terburu-buru hingga aku mengantarmu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)


16. Suami istri berjalan-jalan di malam hari.


Aisyah berkata, “adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak ke luar kota, beliau mengundi diantara istri-istrinya. Maka jatuhlah undian pada Aisyah dan Hafsah. Kemudian keduanya ke luar dengan beliau bersama-sama. Dan Rasulullah apabila datang waktu malam, beliau berjalan bersama Aisyah dan berbincang-bincang dengannya”. (H.R Bukhori)


17. Istri menyisir rambut suaminya


Dalam sebuah riwayat Aisyah berkata, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika beritikaf beliau mendekatkan kepalanya kepadaku. Kemudian aku menyisirnya, sedangkan aku dalam keadaan haid. (H.R. Bukhari)


18. Istri menaburkan parfum ke badan suaminya


Aisyah r.a berkata : “Aku meminyaki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berkeliling kepada istri-istrinya. Lalu beliau berihram dan menyebarlah bau minyak wangi (H.R. Bukhari)


Dan Aisyah berkata : “Aku telah meminyaki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sebaik-baik minyak wangi.” (H.R. Bukhari) 


19. Ungkapan cinta dan kasih sayang setiap hari


Berterus terang tentang cinta dan mengungkapkan perasaan sayang terhadap istri merupakan salah satu seni bergaul yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Alangkah baiknya sang suami memanggil istri dengan nama terbaik yang disukainya. Bisa juga disampaikan panggilan-panggilan sayang seperti honey, yayang, my queen, my darling, dear, neng, diajeng, atau sapaan khusus hanya suami istri saja yang tahu.


Seringkali Rasulullah memanjatkan Aisyah dengan ucapan “wahai Humaira” (panggilan sayang untuk Aisyah).


20. Meletakkan pipi di atas pipi


Diantara keharmonisan lain Rasulullah adalah mengajak istrinya ke tempat hiburan dan duduk berdampingan dengan mesra. Aisyah berkata “bahwasanya Rasulullah sedang duduk kemudian terdengar oleh kami kegaduhan dan suara anak-anak. Rasulullah kemudian berdiri dan ketika itu ada seseorang yang sedang menari dan anak-anak berada disekitarnya. Beliau lalu berkata : “wahai Aisyah kemarilah dan lihatlah (apakah engkau ingin melihatnya?) lalu kujawab, “ya”. Lalu beliau memberdirikanku dibelakan beliau dan pipiku di atas pipi beliau. Dan kuletakan bahuku di atas bahu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (H.R. Bukhari).


21. Suami Istri membiasakan berolah raga


Aisyah berkata : “Aku keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam sebuah perjalanan) dan ketika itu aku masih ramping. Lalu kami berhenti di sebuah tempat perhentian, kemudian ia berkata kepada para shahabatnya, “majulah kalian terlebih dahulu (untuk berlomba)”. Hal itu dilakukan agar tidak ada dari mereka yang melihat gerakan istri beliau saat perlombaan. Kemudian beliau berkata kepadaku, “kemarilah hingga aku berlomba denganmu.” Lalu beliau berlomba denganku dan aku mampu mendahuluinya. …. (H.R. An Nasai)


22. Memberikan kesenangan kepada Istri


Dari Said bin Yazid bahwa ada seorang wanita menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau kemudian berkata, “wahai Aisyah, tahukan engkau siapakan wanita ini ?” Aisyah berkata : “tidak wahai Nabi Allah”. Kemudian Beliau berkata, “Ini adalah budak yang pandai bernyanyi dari Bani Fulan, suka kah engkau bila dia bernyanyi untukmu?” Aisyah menjawab : “Ya”. Kemudian beliau memberi wanita itu sebuah talam, dan dia pun menyanyi. (H.R. Ahmad dan Thabrani)


23. Memperhatikan perasaan Istri


Setiap wanita memiliki perasaan cumburu terhadap suaminya, termasuk juga istri-istri Nabi, terhadap masalah ini Rasulullah menjaga perasaan yang berkenaan dengan hak-hak seluruh istrinya.


Anas bin Malik RA berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadakan walimah ketika menikah dengan Zaenab binti Jahsy. Maka orang-orang pun kenyang dengan roti dan daging. Kemudian beliau ke luar menuju beberapa bilik ummahatul mukminin (istri-istri beliau) sebagaimana yang biasa beliau lakukan pada pagi hari beliau menikah. Lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka, dan mereka mengucapkan salam kepada beliau, serta beliau mendoakan mereka dan merekapun mendoakan beliau.” (H.R. Muslim).


Kecemburuan sebagian istri terkadang mendorong mereka untuk mendoakan kejelekan bagi suami atau istri yang baru, ataupun terhadap kedua-duanya. Ucapan salam beliau kepada istrinya dan sebaliknya menunjukan bukti cinta, kasih sayang serta kelembutan dari suami dan istri. Mereka tidak saling menghinakan, malah saling mendoakan. Mendatangi dan mendoakan istri yang tua merupakan puncak kasih sayang dan peduli kepadanya, sehingga kehadiran istri yang baru tidak akan menjadi ancaman dan melupakan istri yang lama.

Bagikan dengan cara klik tombol Facebook, twitter, Goggle+, Pinterest, Blogger, Email dibawah ini  :

Related Posts:

RASULULLAH: "INILAH TANGAN YANG TIDAK AKAN PERNAH DISENTUH API NERAKA". TERNYATA TANGAN ITU ADALAH..




Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.


Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.


Sang manusia Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?”


Si tukang batu menjawab, “Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”


Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,


“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’.


*Rasulullah tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.


Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)


*Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.


”Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)


”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS Nuh19-20)


*”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)


”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)


”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)


”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)


”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).


Demikian lah sebagan kecil tentang kisah teladan islami agar kita semakin tahu dan semakin giat dalam mencari rizki allah yang halal dan berkah.

Bagikan dengan cara klik tombol Facebook, twitter, Goggle+, Pinterest, Blogger, Email dibawah ini  :

Related Posts: